Cahaya Ilmu dari Pesantren: Menyinari Jiwa dan Peradaban
Pendahuluan
Pesantren merupakan salah satu warisan intelektual Islam paling berharga dalam
sejarah bangsa Indonesia. Ia bukan sekadar lembaga pendidikan agama, melainkan juga pusat
pembentukan moral, sosial, dan spiritual umat Islam. Sejak masa Walisongo hingga era
kemerdekaan dan modern saat ini, pesantren telah memainkan peran dalam membentuk jati diri
bangsa yang religius, berakhlak, dan berkeadaban.
Secara historis, pesantren lahir dari semangat dakwah dan pendidikan Islam yang
tumbuh alami di tengah masyarakat Nusantara. Ia menjadi wadah penyebaran Islam yang
damai, rasional, dan berakar pada budaya lokal. Melalui sistem halaqah, dan sorogan, para
kiyai mendidik santri bukan hanya agar cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara
spiritual dan beradab dalam perilaku. Di sinilah pesantren berbeda dari lembaga pendidikan
lain: ia tidak hanya mengajarkan ilmu (ta‘lim), tetapi juga menghidupkan nilai-nilai ketuhanan
dan kemanusiaan (ta’dib dan tarbiyah).
Dalam konteks pendidikan Islam, pesantren adalah simbol integrasi antara ilmu dan
amal, antara akal dan hati, serta antara dunia dan akhirat. Ilmu di pesantren tidak hanya
dipahami sebagai akumulasi pengetahuan, tetapi juga sebagai cahaya yang menerangi batin
manusia Allah Subḥānahu wa Ta‘ālā berfirman
َ َلَ يَعْلَمُوْن َ ۗ اِنَّمَا قُل ْ هَل ْ يَسْتَوِى الَّذِيْن َ يَعْلَمُوْن َ وَالَّذِيْن َي ِتَذَكَّر ُ اُولُوا ا َلَْلْبَاب ࣖ
“Katakanlah: Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang
tidak mengetahui? Sesungguhnya hanya orang-orang yang berakal yang dapat menerima
pelajaran.”
(QS. Az-Zumar [39]: 9)
Menurut tafsir Tafsir al-Baidlawiَ
َ َلَ يَسْتَوِي الْقَانِتُون َ وَالْع َلَ يَسْتَوِي الْعَالِمُون َ وَالْجَاهِلُون كَمَا َاصُونِ ِْلَْوَّل ِ عَلَى سَبِيل ِ التَّشْبِيه تَقْرِير ٌ لِ وَق َيل
Sebagian ulama berkata : merupakan penegasan terhadap makna sebelumnya dalam
bentuk perumpamaan,yakni sebagaimana tidak sama antara orang yang berilmu dan orang yang
bodoh,demikian pula tidak sama antara orang yang taat dan orang yang durhaka.1
Ayat ini menjadi dasar filosofis pendidikan pesantren bahwa kemuliaan manusia
terletak pada ilmu yang mengantarkan kepada pengenalan dan ketaatan kepada Allah.
Namun, pesantren bukan hanya tempat belajar agama; ia juga wadah pembinaan
karakter, pembelajaran sosial, dan pusat peradaban. Di tengah krisis moral dan derasnya arus
globalisasi, pesantren hadir sebagai benteng nilai-nilai tauhid dan akhlak. Maka tak berlebihan
bila pesantren disebut sebagai “cahaya ilmu yang menyinari jiwa dan peradaban.”
Pembahasan
1. Landasan Qur’ani tentang Ilmu dan Cahaya Pengetahuan
Al-Qur’an menggambarkan ilmu sebagai cahaya yang menuntun manusia dari kegelapan
menuju terang. Firman Allah جل جلاله:ِ
ّللَاٰه ُ نُوْر ُ السَّمٰوٰتِۗوٰا ْلْٰرْض ِِۗ مٰثٰل ُ نُوْرِه ٖ كٰمِشْكٰوة ٍ فِيْهٰا مِصْبٰاح ٰا ٰلْمِصْبٰاح ُ فِي ْ زُجٰاجٰة ٍِۗاٰلزُّجٰاجٰة ُ كٰاٰنَّهٰا كٰوْك ْب دُرِي ٌّ يُّوْقٰد ُ مِن
َّْلٰ غٰرْبِيَّة ٍ يَّكٰاد ُ زٰيْتُهٰا ٍ ْلَّ شٰرْقِيَّة ٍ و شٰجٰرٰة ٍ مُّبٰرٰكٰة ٍ زٰيْتُوْنٰةْيُضِيْْۤء ُ وٰلٰوْلٰم ْ تٰمْسٰسْه ُ نٰار ِۗنُوْر عٰلٰى نُوْر ٍِۗ يٰه ّْللَاه ُ لِنُوْرِه ٖ مٰن دِى
ّٰللَاه ُ بِكُل ِ شٰيْء ٍ عٰلِيْم ُ ّللَاه ُ ا ْلْٰمْثٰال ٰ لِلنَّاس ِِۗ و يَّشٰاْۤء ُِۗ وٰيٰضْرِبۙ
“Allah (Pemberi) cahaya kepada langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya adalah
seperti sebuah lubang yang di dalamnya ada pelita. Pelita itu di dalam kaca, dan kaca itu
seakan-akan bintang yang bercahaya terang. Dinyalakan dengan minyak dari pohon yang
diberkahi, yaitu pohon zaitun yang tumbuh tidak di timur dan tidak di barat, yang minyaknya
hampir-hampir menerangi walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya. Allah
memberi petunjuk kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki.”
(QS. An-Nūr [24]: 35)
Menurut Tafsir Al-Qurthubi
“Inilah perumpamaan cahaya Allah dan petunjuk-Nya di dalam hati orang mukmin;
seperti minyak yang jernih yang hampir-hampir menyala sebelum disentuh oleh api. Maka
apabila disentuh oleh api, cahayanya semakin terang. Demikian pula hati seorang mukmin
hampir-hampir ia beramal dengan petunjuk sebelum datang kepadanya ilmu. Maka ketika
ilmu itu datang kepadanya, bertambahlah petunjuk di atas petunjuk dan cahaya di atas
cahaya. 2
Tafsir ini menegaskan bahwa ilmu adalah bagian dari cahaya ilahi yang menuntun
manusia pada jalan kebenaran. Pesantren sebagai pusat pendidikan Islam menyalurkan
cahaya itu melalui pengajaran agama, akhlak, dan nilai-nilai kehidupan.
2. Pesantren dan Pembangunan Peradaban
Sejak masa kolonial hingga sekarang, pesantren berperan besar dalam mencerdaskan
umat dan membangun peradaban bangsa. Para kiai dan santri menjadi pionir perjuangan
kemerdekaan, penyebar dakwah, dan penjaga moral masyarakat. Kini pesantren tidak
hanya fokus pada pengajaran kitab klasik (turāth), tetapi juga mengembangkan ilmu sains,
ekonomi, teknologi, dan kewirausahaan berbasis nilai Islam.
Pesantren modern telah menunjukkan adaptasi luar biasa mendirikan universitas,
mengelola ekonomi santri, dan menciptakan jaringan global pendidikan Islam. Namun,semua inovasi itu tetap berakar pada nilai-nilai klasik: ikhlas, zuhud, tawadhu‘, dan
berkhidmah kepada masyarakat.
Dengan demikian, pesantren bukan hanya lembaga pendidikan, melainkan juga pusat
peradaban Islam di Indonesia yang menyeimbangkan antara tradisi dan kemajuan,
spiritualitas dan sains, ibadah dan pengabdian sosial.
Kesimpulan
Pesantren merupakan benteng moral dan cahaya keilmuan yang tetap kokoh di tengah
derasnya arus perubahan zaman. Di saat sebagian pihak mulai meragukan, bahkan
menyudutkan eksistensi pesantren dengan berbagai isu yang menyesatkan, lembaga ini
justru terus menunjukkan perannya sebagai penjaga nilai-nilai luhur bangsa dan pengawal
peradaban Islam yang rahmatan lil ‘ālamīn.
Di pesantren, ilmu tidak hanya menjadi pengetahuan yang diajarkan di ruang kelas,
tetapi juga cahaya yang menuntun perilaku, membentuk karakter, dan menumbuhkan
kesadaran spiritual. Para santri dididik untuk berpikir jernih, berakhlak mulia, serta siap
mengabdi kepada masyarakat dengan penuh keikhlasan.
Ketika dunia modern sering terjebak dalam krisis moral, pesantren hadir sebagai pelita
yang menghidupkan kembali semangat keilmuan yang beradab — ilmu yang membangun
hati sebelum membangun logika. Tuduhan miring terhadap pesantren sejatinya lahir dari
ketidaktahuan terhadap peran besarnya dalam menjaga keutuhan umat, mengajarkan
moderasi, serta menanamkan cinta tanah air.
Maka, di era ketika banyak orang mudah mencemooh lembaga keagamaan, pesantren
justru semakin relevan untuk dijadikan sumber solusi, bukan masalah. Dari pesantren lahir
generasi yang berilmu, beradab, dan berkomitmen menjaga kemanusiaan serta keislaman.
Pesantren bukan tempat yang tertinggal oleh zaman, tetapi justru di sanalah peradaban
tumbuh dan masa depan bangsa dibangun.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Bayḍāwī, Nāṣir al-Dīn. *Anwār al-Tanzīl wa Asrār al-Ta’wīl (Tafsīr al-Bayḍāwī).*
Beirut: Dār Iḥyā’ al-Turāth al-‘Arabī, t.t.
📚 Sumber digital: Al-Maktabah asy-Syāmilah, versi 4.61.
Al-Qurṭubī, Muḥammad ibn Aḥmad. *Al-Jāmi‘ li Aḥkām al-Qur’ān.* Beirut: Dār al-Kutub
al-‘Ilmiyyah, 2006.
📚 Sumber digital: Al-Maktabah asy-Syāmilah, versi 4.61.
Penulis: Ust Tino Destian – Wakil Ketua Bidang Studi Al Qur’an Dewan Dakwah Sidoarjo