Ketika Dunia Dibentangkan: Cuan, Cukup, dan Cinta yang Tersisa

Ketika Dunia Dibentangkan: Cuan, Cukup, dan Cinta yang Tersisa

عَنْ عَمْرِو بْنِ عَوْفٍ الأَنْصَارِيِّ رضي الله عنه قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ:
“وَاللَّهِ مَا الْفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ، وَلَكِنِّي أَخْشَى أَنْ تُبْسَطَ الدُّنْيَا عَلَيْكُمْ كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُوهَا، فَتُهْلِكُكُمْ كَمَا أَهْلَكَتْهُمْ.” (رواه البخاري ومسلم)

Bukan Takut Miskin, Tapi Takut Lupa

Rasulullah ﷺ pernah bersumpah, bahwa beliau tidak takut umatnya fakir.
Yang beliau takutkan justru ketika dunia ini dibentangkan begitu luas, hingga manusia berlomba-lomba mengejarnya, tanpa sempat bertanya: “Apakah yang kukejar ini masih halal atau sudah menelan nuraniku?”

Sungguh, bukan kefakiran yang menakutkan.
Karena fakir bisa melahirkan sabar, tapi kelimpahan bisa melahirkan lupa — lupa pada Sang Pemberi, lupa pada sesama, dan lupa bahwa di balik setiap cuan yang masuk, ada hak orang lain yang diam-diam Allah titipkan.

Cuan Itu Ujian, Bukan Tujuan

Cuan memang menggoda, bro.
Kadang datangnya deras, kadang mampet.
Sebagian orang mudah sekali dapat rezeki,
tapi sebagian lain kerja keras sampai keringatnya jadi zikir.
Itulah keseimbangan Ilahi — agar dunia tak sepenuhnya berpihak,
agar manusia belajar makna syukur dan berbagi.

Allah ﷻ mengingatkan:

وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ مَعْلُومٌ لِّلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ

“Dan pada harta-harta mereka ada hak yang telah ditentukan bagi orang yang meminta dan orang yang tidak mendapat bagian.”
(QS. الذاريات [51]: 19)

Maka ketika uang mengalir deras,
itu bukan tanda kamu paling disayang,
tapi tanda kamu sedang diuji: apakah kamu akan menyalurkannya atau menahannya?
Apakah kamu akan jadi sungai yang memberi kehidupan, atau jadi bendungan yang menahan berkah sampai membusuk di dalam?

Hak Orang Lain di Dompet Kita

Kadang, kita sibuk menghitung saldo,
tapi lupa menghitung berapa senyum yang bisa kita hadirkan dari harta itu.
Satu bungkus nasi untuk tukang parkir,
satu liter minyak untuk tetangga, satu doa tulus untuk mereka yang sedang susah — semuanya adalah investasi yang tak akan rugi.

Rasulullah ﷺ bersabda:

“اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ”

“Lindungilah diri kalian dari api neraka, walau hanya dengan setengah butir kurma.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Satu setengah kurma aja bisa jadi penyelamat,
apalagi kalau kita rela menyisihkan sebagian “cuan” buat sesama.
Karena hakikatnya, harta yang kita keluarkan itulah yang benar-benar kita miliki, sedangkan yang kita simpan — bisa saja hilang tanpa pamit.

Dunia Itu Bayangan

Dunia, kata Rasulullah ﷺ, adalah seperti bayangan yang dikejar —
semakin dikejar, semakin menjauh.
Tapi kalau kita berjalan menuju Allah, bayangan itu justru mengikuti di belakang, menjadi pelayan, bukan tuan.

Jangan takut miskin, bro.
Takutlah saat hatimu kehilangan rasa cukup.
Sebab orang kaya bukan yang banyak harta, tapi yang tenang dengan apa yang ada.

Penutup

Cuan itu perlu, tapi bukan segala.
Karena pada akhirnya, yang kita bawa pulang bukan saldo, melainkan amal dan niat baik yang kita tanam sepanjang perjalanan.

Jika hari ini rezeki terasa mudah — bersyukurlah dengan berbagi.
Jika terasa sulit — bersabarlah dengan tawakal.
Karena dua-duanya adalah bentuk cinta Allah, satu dalam bentuk kelapangan, satu lagi dalam bentuk penguatan.

Ketika dunia dibentangkan, jangan jadikan ia tempat berbaring.
Jadikan ia ladang kebaikan.
Sebab dunia bukan untuk disembah, tapi untuk digunakan — agar langkah kita tetap menuju Allah, dan hati kita tak pernah kehilangan arah.

Penulis : Ust Muhammad Hidayatullah – Bidang PSQ (Pengembangan Studi Al Qur’an) Dewan Dakwah Jatim

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *